10 October 2006

Hati Seorang Ayah

Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap
wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang
terbongkok-bongkok, disertai suara batuk-batuknya.
Anak perempuan itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa wajah
ayah kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian membongkok ?"

Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang berehat di beranda.
Si ayah menjawab : "Sebab aku lelaki." Anak perempuan itu berkata sendirian : "Aku tidak mengerti". Dengan kerut-kening kerana jawapan ayahnya membuatnya termenung rasa kebingungan.
Ayah hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anaknya itu, terus
menepuk-nepuk bahunya, kemudian si ayah mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki."

Demikian bisik Si ayah, yang membuat anaknya itu bertambah kebingungan.
Kerana perasaan ingin tahu, kemudian si anak itu mendapatkan ibunya
lalu bertanya kepada ibunya : "Ibu, mengapa wajah Ayah jadi
berkerut-merut dan badannya kian hari kian membongkok?
Dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?"

Ibunya menjawab : "Anakku, jika seorang lelaki yang benar-benar
bertanggungjawab terhadap keluarga itu memang akan demikian."

Hanya itu jawapan si ibu. Si anak itupun kemudian membesar dan
menjadi dewasa, tetapi dia tetap juga masih tercari-cari jawapan,
mengapa wajah ayahnya yang tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi membongkok?

Hingga pada suatu malam, dia bermimpi. Di dalam impian itu seolah-
olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan
kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian
kalimah sebagai jawapan rasa kebingungannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga
serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa
akan berusaha untuk menahan setiap hujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindung."

"Ku ciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk membanting- tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya."

"Ku berikan kemahuan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap
nasi yang berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia
mendapat cercaan dari anak-anaknya".

"Ku berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya
pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan dan kesejukan kerana tersiram
hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya dicurahkan
demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua
orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih- payahnya."

"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta kesungguhan yang akan
membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya".

"Ku berikan perasaan cekal dan gigih untuk berusaha berjuang demi
mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan situasi
apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya.

Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan
rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta
sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat
dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling
menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara."

"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk
memberikan pengertian dan kesedaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dikotak-katikkan oleh anak-anaknya."

"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyedarkan, bahawa isteri yang baik adalah isteri yang setia terhadap suaminya, isteri yang baik adalah isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka mahupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan
kepada isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahawa lelaki
itu senantiasa berusaha sekuat daya fikirnya untuk mencari dan
menemukan cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga
bahagia dan badannya yang terbongkok agar dapat membuktikan,
bahawa sebagai lelaki yang bertanggungjawab terhadap seluruh
keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta
segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya."

"Ku berikan kepada lelaki tanggungjawab penuh sebagai pemimpin
keluarga, sebagai tiang penyangga ( seri / penyokong ), agar dapat
dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan
yang dimiliki oleh lelaki, walaupun sebenarnya tanggungjawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."

Terkejut si anak dari tidurnya dan segera dia berlari, berlutut dan
berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya
yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak itu menggenggam
dan mencium telapak tangan ayahnya.

"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, ayah."




Nota :

Bila ayah anda masih hidup jangan sia-siakan kesempatan untuk
membuat hatinya gembira. Bila ayah anda telah tiada, jangan putuskan
tali silaturahmi yang telah dirintisnya dan doakanlah agar Allah
selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya. Amin.

No comments: